Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya. Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
skip to main |
skip to sidebar
Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya. Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
IPS Bersama
Bhineka Tunggal Ika
Selasa, 26 Juni 2018
Perjuangan Mahatma Gandhi dalam Pergerakan Nasional
Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya. Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
Diposting oleh
ifti
di
20.31
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
![](http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
Sabtu, 27 Februari 2016
DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING KE BUDAYA NASIONAL
Masuknya budaya
asing dapat terjadi melalui beberapa proses/cara, yaitu:
1.
Proses Difusi Kebudayaan, yaitu
proses masuknya budaya asing sejalan dengan proses penyebaran unsur-unsur
budaya global ke seluruh penjuru dunia.
Difusi
kebudayaan berlangsung seiring proses penyebaran penduduk yang sudah
terjadi sejak zaman praaksara hingga
sekarang.
2.
Penetrasi Budaya, yaitu proses
pengenalan dan masuknya budaya asing/baru. Penetrasi budaya ada 2 macam, yaitu
penetrasi pasifik (damai) dan penetrasi violent (paksa).
Proses penyebaran unsure-unsur budaya asing ke masyarakat Indonesia
saat ini berlangsung sangat cepat bahkan sering kali ada yang tidak begitu
nyata dan tanpa disadari oleh masyarakat secara langsung. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya alat-alat penyebaran budaya yang canggih dan efektif.
Derasnya penyebaran unsure-unsur budaya tentu saja memberikan pengaruh/dampak
bagi perubahan dan perkembangan budaya nasional Indonesia baik yang positif
maupun yang negative.
Rabu, 30 September 2015
Macam-Macam Budaya Lokal di Indonesia
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multicultural karena
masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa dengan budayanya masing-masing
yang berbeda-beda. Oleh karena itu di Indonesia berkembang berbagai budaya
local yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Budaya local itu merupakan
unsure pembentuk budaya nasional. Sehingga keseluruhan budaya local yang
berkembang di masyarakat Indonesia merupakan budaya nasional bangsa Indonesia.
Berikut ini
beberapa contoh budaya local yang berkembang di masyarakat Indonesia:
1.
Tradisi Upacara Labuhan Merapi
(Budaya masyarakat Yogyakarta khususnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat).
2.
Tradisi Ngaben (Budaya
masyarakat Hindu-Bali)
3.
Tradisi Batapung Tawar Maayun
(Budaya masyarakat Martapura, Amuntai, Kandangan dan Banjarmasin)
4.
Karaban Sapi (Budaya masyarakat
Madura)
5.
Tradisi Selamatan Dalam
Lingkaran Hidup Manusia (Budaya masyarakat Jawa)
Diposting oleh
ifti
di
16.30
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
![](http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
Selasa, 28 April 2015
Unsur - Unsur Budaya
Ada 7 Unsur Kebudayaan, yang disebut sebagai Unsur-Unsur Kebudayaan
Universal
·
C. KLUCKHOHN, menyebutkan 7
unsur kebudayaan yaitu:
1.
Sistem Pencaharian Hidup
2.
Sistem Peralatan dan Teknologi
3.
Sistem Organisasi
Kemasyarakatan
4.
Sistem Pengetahuan
5.
Bahasa
6.
Kesenian
7.
Sistem Religi dan Upacara
Keagamaan
·
Sedangkan 7 unsur kebudayaan
universal yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat adalah:
1.
Peralatan dan Perlengkapan
Hidup
2.
Mata Pencaharian Hidup dan
Sistem Ekonomi
3.
Sistem Kemasyarakatan
4.
Bahasa
5.
Kesenian
6.
Sistem Pengetahuan
7.
Religi
·
Ketujuh Unsur Kebudayaan
tersebut, dikatakan sebagai Unsur-Unsur
Kebudayaan Universal karena dapat dijumpai pada setiap
kebudayaan manapun di seluruh dunia, baik dalam masyarakat pedesaan maupun
masyarakat kota besar.
Unsur-Unsur
Kebudayaan Universal dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Peralatan dan Perlengkapan
Hidup (Sistem Teknologi)
Peralatan dan Perlengkapan Hidup merupakan semua sarana dan
prasarana yang digunakan oleh manusia/masyarakat dalam setiap proses kehidupan
terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Teknologi merupakan cara/teknik memproduksi, memakai, serta
memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Teknologi yang berkembang
di masyarakat dan berfungsi sebagai peralatan dan perlengkapan hidup
diantarannya adalah:
a.
Alat-Alat Produktif
b.
Senjata
c.
Wadah
d.
Alat-Alat menyalakan api
e.
Makanan
f.
Pakaian
g.
Tempat Berlindung dan Perumahan
h.
Alat-Alat Transportasi
2.
Sistem Mata Pencaharian
Hidup ( Sistem Ekonomi)
Sistem Mata Pencaharian Hidup yang termasuk dalam unsure budaya
universal terfokus pada mata pencaharian masyarakat tradisional, diantaranya:
a.
Berburu dan Meramu
b.
Beternak
c.
Bercocok tanam di Ladang
d.
Menangkap Ikan
3.
Sistem Kekerabatan dan
Organisasi Sosial
Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam
struktur sosial.
Sistem
kekerabatan adalah system menghitung garis keturunan atas dasar hubungan
perkawinan dan hubungan darah.
Dapat pula
disebutkan bahwa kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa
keluarga yang mimiliki hubungan darah dan hubungan perkawinan.
Ada beberapa
system kekerabatan yang dimiliki/dijalani oleh masyarakat di Indonesia, yaitu:
a.
Sistem Kekerabatan Bilateral
Sistem Kekerabatan Bilateral, adalah system kekerabatan yang
menghitung garis keturunan dari dua pihak, yaitu dari pihak ayah dan ibu secara
seimbang/bersama-sama
b.
Sistem Kekerabatan Unilateral
Sistem kekerabatan Unilateral, adalah system kekerabatan yang menghitung
garis keturunan dari satu pihak, yaitu dari pihak ibu saja yang disebut system matrilineal atau dari pihak
ayah saja yang disebut system patrilineal.
c.
Sistem Kekerabatan Ambilineal
Sistem Kekerabatan Ambilineal, adalah system kekerabatan yang
menghitung garis keturunan dari pihak ayah dan pihak ibu secara bergantian,
atau bisa dikatakan menghitung garis keturunan sebagian dari pihak ayah
sebagian dari pihak ibu.
Organisasi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu hidup bersama dengan orang
lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Untuk mencapai tujuan-tujuan hidup
tertentu yang tidak dapat dicapai sendiri, manusia bersama-sama dengan manusia
lain dalam masyarakat akan membentuk perkumpulan/organisasi sosial.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk
masyarakat baik formal maupun non formal
(berbadan hokum maupun tidak berbadan hokum).
Berdasarkan bidang kegiatannya, organisasi sosial di masyarakat
dibedakan menjadi:
a.
Organisasi Sosial di bidang
Pendidikan, misalnya sekolah, lembaga pelatihan, LPK, dll.
b.
Organisasi Sosial di bidang
Kesejahteraan Sosial, misalnya Panti Asuhan, Panti Jumpo, dan sebagainya.
c.
Organisasi Sosial di bidang
Kesehatan, misalnya Rumah Sakit, Balai Pengobatan.
d.
Organisasi Sosial di bidang
Keadilan, misalnya LBH.
4.
Bahasa
Bahasa merupakan wujud budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berinteraksi, baik secara lisan, tulisan maupun bahasa
isyarat.
Secara umum
bahasa berfungsi sebagai:
a.
Alat berekspresi
b.
Alat komunikasi
c.
Alat untuk mengadakan integrasi
dan adaptasi sosial
Secara khusus
bahasa berfungsi untuk:
a.
Mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari (fungsi praktis)
b.
Mewujudkan seni (fungsi
artistic)
c.
Mempelajari naskah-naskah kuno
( fungsi filosofis)
d.
Usaha mengeksploitasi ilmu
pengetahuan dan teknologi
5.
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun
telinga.
Kesenian secara
umum dapat dibedakan menjadi:
a.
Seni Rupa, yaitu kesenian yang
dapat dinikmati secara visual (melalui mata).
b.
Seni Suara, yaitu kesenian yang
dapat dinikmati melalui telinga/didengar.
c.
Seni Drama, yaitu kesenian yang
dapat dinikmati melalui mata dan telinga (dilihat dan didengarkan). Seni drama
mengandung unsure-unsur dari seni lukis, seni musik, sastra, dan tari,
6.
Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan merupakan segala
sesuatu yang dapat diketahui, diterima dan dipahami oleh manusia dalam
penggunaan panca indranya.
Setiap
masyarakat, tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekitarnya
dan sifat-sifat dari peralatan hidup yang mereka pakai.
Sistem
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi:
a.
Pengetahuan tentang alam
b.
Pengetahuan tentang
tumbuh-tumbuhan
c.
Pengetahuan tentang tubuh
manusia
d.
Pengetahuan tentang sifat dan
tingkah laku sesama manusia
e.
Pengetahuan tentang ruang dan
waktu
7.
Sistem Religi (Kepercayaan)
Kepercayaan/Religi adadalah suatu keyakinan bahwa hal-hal yang
dipercayai itu benar dan nyata (Tuhan, manusia, benda-benda, hewan, dll); ada
harapan dan keyakinan (akan kejujuran, kebaikan); ada orang-orang yang
dipercaya(diserahi tugas); dan sebutan untuk system religi/agama yang ada di
Indonesia.
Semua aktivitas
manusia yang berkaitan dengan kepercayaan atau agama didasarkan pada suatu
getaran jiwa, yang disebut emosi keagamaan (religius emotion). Emosi keagamaan
inilah yang membuat manusia melakukan tindakan yang bersifat keagamaan.
Senin, 06 April 2015
Pengertian Budaya, Budaya Lokal dan Budaya Nasional
A.
Pengertian Budaya /
Kebudayaan
1.
Secara Etimologi.
Menurut asal katanya, Kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu “buddayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata “buddi”
yang artinya budi atau akal. Jadi
secara etimologi kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang berasal dari bahasa Latin
“colere”, yaitu mengolah atau
mengerjakan tanah (bertani).
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat,
sehingga dapat dinyatakan dengan kalimat: “
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan,
sehigga tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya
tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya”.
2.
Menurut Para Ahli
Ada beberapa pengertian/definisi tentang kebudayaan yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya yaitu menurut:
a.
E.B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adapt istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
b.
Ralp Linton
Kebudayaan adalah kofigurasi dan hasil dari tingkah laku yang
dipelajari, yang unsure-unsur penentunya dimiliki bersama dan dilanjutkan oleh anggota masyarakat tertentu.
c.
M.Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi benituiki teknologi
sosial, ideology, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuannya merupakan
warisan sosial.
d.
Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi
Kebudayaan merupakan sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e.
Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar.
Selain
beberapa definisi tersebut, ada beberapa pendapat lain dari para ahli yang
berkaitan dengan kebudayaan.
a.
Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa:
Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Hal tersebut diistilahkan
dengan cultural-dererminism.
Herskovits juga memandang kebudayaan sebagai suatu yang
turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang disebut Superorganic.
b.
J.J. Honingmann membedakan
wujud kebudayaan menjadi 3, yaitu ideas, activities, dan artifacts.
c.
Koentjaraningrat membagi
kebudayaan menjadi 4 wujud, antara lain:
·
Artifak/benda-benda fisik semua
hasil karya manusia yang bersifat konkret yang dapat diraba/difoto.
·
Sistem tingkah laku dan
tindakan berpola manusia yang merupakan penggambaran wujud tingkah laku manusia
yang bersifat konkret, dapat difoto dan difilmkan.
·
Sistem budaya yaitu system
gagasan menggambarkan wujud gagasan dari kebudayaan yang berada dalam alam
pikiran tiap individu, sifatnya abstrak, tidak dapat difoto dan difilmkan,
hanya dapat diketahui dan dipahami.
·
Sistem gagasan yang ideologis
yang menentukan sifat dan corak pikiran, cara berpikir, serta tingkah laku
manusia.
B.
Pengertian Budaya Lokal dan
Nasional
1.
Budaya Lokal
Budaya Lokal adalah budaya yang yang berkembang di daerah-daerah dan
merupakan milik suku-suku bangsa di wilayah nusantara Indonesia. Budaya local
hidup dan berkembang di masing-masing daerah/suku bangsa yang ada di seluruh
Indonesia.
Contoh
·
Budaya Selamatan dalam
lingkaran Hidup Manusia di Suku Bangsa Jawa (Mitoni/Tingkep, Brokohan, Puputan,
Sunatan, Perkawinan, Selamatan orang yang sudah meninggal, dll)
·
Budaya Garebeg Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat
·
Budaya Ngaben untuk masyarakat
Suku Bangsa Bali
·
Dll
2.
Budaya Nasional
Budaya Nasional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keseluruhan
budaya local yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sertah hasil
serapan dari budaya asing atau budaya global, dengan ikatan yang menjadi cirri
khas seluruh budaya di Indonesia yaitu nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia. Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan
nasional berfungsi sebagai pemberi identitas kepada suatu nation sebagai
kontinuitas sejak kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau sampai kebudayaan
nasional masa kini.
Pasal 32 UUD 1945 menyatakan: “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan
yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya”.
Perwujudan Budaya Nasional
a.
Secara abstrak budaya nasional
terwujud dalam system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia.
b.
Sedangkan perwujudan konkret
dari budaya nasional berupa
·
cara berbahasa
·
cara berperilaku
·
cara berpakaian
·
dan peralatan hidup
Diposting oleh
ifti
di
15.27
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
![](http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
Minggu, 22 Februari 2015
Gemeinschaft dan Gesselshaft
a.
Pengertian Gemeinschaft
(Paguyuban) dan Gesselscaft (Patembayan).
1.
Gemeinschaft (Paguyuban) adalah
kehidupan kolektif bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungannya ialah rasa cinta dan kesatuan batin yang memang
telah dikodratkan.
2.
Gesselscaft (Patembayan) bentuk
kehidupan kolektif yang diikat oleh ikatan lahir yang biasanya untuk jangka
waktu pendek, bahkan lebih bersifat dalam pikiran belaka. Dasar
hubungannya ialah ikatan timbal balik.
b.
Menjelaskan ciri-ciri Gemeinschaft
(Paguyuban) dan Gesselscaft (Patembayan).
·
Ciri-ciri Gemeinschaft
(Paguyuban).
·
Bersifat alamiah.
·
Hubungannya bersifat kekal.
·
Ada ikatan batin yang murni
antar anggota.
·
Dasar hubungannya ialah rasa cinta dan kesatuan batin.
·
Ciri-ciri Gesselscaft (Patembayan).
·
Bersifat lahiriah.
·
Hubungannya bersifat sementara.
·
Ikatan antar anggota lebih
bersifat lahiriah / dalam pikiran belaka.
·
Dasar hubungannya ialah ikatan timbal balik.
c.
Menjelaskan pengertian kelompok
primer dan kelompok sekunder.
·
Kelompok primer (Primary group)
adalah kelompok social pertama, tempat individu saling mengenal, berinteraksi
social, dan bekerja sama yang cukup erat. Contoh : keluarga, kekerabatan, dan
pertemanan. Kelompok primer disebut juga face-to-face group, adalah kelompok
social yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka antar yang satu dengan
yang lain. Peran kelompok primer dalam kehidupan manusia sangat penting dan
mendasar karena dalam kelompok primer inilah individu pertama kali belajar
mengenal diri dan lingkungannya. Melalui kelompok primer seseorang berkembang
dan dididik sebagai mahluk social. Pada kelompok primer individu manusia
mempelajari nilai-nilai dan norma-norma hidup bersama.
·
Kelompok sekunder (secondary
group) adalah kelompok social kedua, tempat individu berhubungan social yang
anggotanya cukup banyak sehingga interaksinya kurang intensif dan kurang erat.
Contoh : organi-sasi politik, perhimpunan serikat pekerja, kelompok penggemar
sepak bola, dsb. Hubungan antar anggota dalam
kelompok sekunder lebih obyektif dan rasional, dan peran kelompok sekunder
dalam kehidupan manusia ialah untuk mencapai tujuan tertentu secara
bersama-sama.
d.
Menjelaskan pengertian In-Group
dan Out-Group.
·
In-Group adalah kelompok social
yang individu-individunya mengidenti-fikasikan dirinya dengan kelompoknya.
Dalam menunjukkan In-Group-nya dalam kehidupan sehari-hari diungkapkan dengan
kalimat : kelom-pok saya, group saya, dsb.
·
Out-Group adalah kelompok
social yang oleh individu-individu diartikan sebagai musuh kelompoknya atau
lawan In-Group. Out-Group sering sering diungkapkan dengan istilah : kelompok
mereka, group mereka, kelas mereka, dsb.
Seiring dengan
terbentuknya suatu kelompok social, timbul pula sikap dan perasaan diantara
para anggotanya yang disebut perasaan In-Group. Orang-orang yang tidak termasuk
ke dalam In-Group dianggap sebagai orang-orang Out-Group. Sikap dan perasaan
terhadap anggota In-Group adalah sikap dan perasaan kepada orang dalam,
sedangkan sikap dan perasaan terhadap anggota out-group adalah sikap dan
perasaan kepada orang luar.
Diposting oleh
ifti
di
14.57
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
![](http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
Rabu, 04 Februari 2015
Solidaritas Mekanik dan Organik
Solidaritas Mekanik dan Organik
a.
Pengertian solidaritas mekanik.
Solidaritas mekanik adalah masyarakat / suatu kelompok social yang
didasar-kan pada kesadaran kolektif, kebersamaan, dan hukum yang berlaku
bersifat menekan. Dalam solidaritas mekanik ada totalitas kepercayaan dan
sentiment-sentimen bersama yang ada pada masyarakat yang sama. Individualitas
tidak berkembang karena kehidupan masyarakat lebih berorientasi pada konformi-tas
(kepentingan bersama). Ciri khas dari solidaritas mekanik adalah solidari-tas
didasarkan pada tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment,
dan kebersamaan mencapai kepentingan bersama.
b.
Pengertian solidaritas organic.
Solidaritas organic adalah masyarakat / suatu kelompok social yang
didasar- kan pada saling ketergantungan antar anggota dan spesialisasi
pembagian kerja dengan hukum yang berlaku bersifat restitutive / memulihkan.
Dalam solidaritas organic motivasi anggotanya sebagian besar karena ingin
menda-patkan upah / gaji yang diterima sebagai imbalan atas peran sertanya
dalam kelompok. Solidaritas organic muncul karena adanya pembagian kerja / spe-
sialisasi sehingga saling ketergantungan antar anggota sangat tinggi.
c.
Ciri-ciri solidaritas mekanik.
·
Pembagian kerja rendah.
·
Kesadaran kolektif kuat.
·
Hukum represif dominan.
·
Masyarakat / kesatuan kolektif
yang bertindak menghukum orang yang bersalah.
·
Individualitas rendah.
·
Saling ketergantungan rendah
·
Bersifat tradisional /
pedesaan.
d.
Ciri-ciri solidaritas organic.
·
Pembagian kerja tinggi.
·
Kesadaran kolektif lemah.
·
Hukum restitutif dominan.
·
Badan-badan control social yang
menghukum orang yang menyimpang.
·
Individualitas tinggi.
·
Saling ketergantungan tinggi.
·
Bersifat industrial-perkotaan.
Diposting oleh
ifti
di
19.06
1 komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
![](http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)