1. Interseksi
Pengertian
Interseksi
Interseksi adalah titik perpotongan atau pertemuan atau persilangan antara dua garis atau dua arah. Menurut Soerjono Soekanto, dalam kamus sosiologi, section atau seksi adalah suatu golongan etnis dalam suatu masyarakat yang majemuk, misalnya etnis Sunda, Jawa, Bugis, Minang dan lain-lain. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa interseksi merupakan persilangan atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi baik berupa suku, agama, jenis kelamin, kelas sosial dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
Secara sederhana, perbedaan suku bangsa, agama, ras daerah dan kelas sosial saling silang-menyilang satu sama lain, sehingga menghasilkan golongan-golongan yang juga saling silang menyilang. Oleh sebab itu, di banyak daerah, penggolongan individu-individu akan sekaligus menempatkan seseorang atau kelompok masyarakat pada beberapa kriteria.
Sebagai suatu proses sosial, interseksi mempunyai akibat terhadap kemajemukan masyarakat, diantaranya:
1) Meningkatkan solidaritas
2) Menimbulkan potensi konflik
Saluran Interseksi di Indonesia
Persilangan keanggotaan suatu kelompok
sosial tidak terjadi begitu saja, namun dibantu dengan adanya interaksi di
antara berbagai seksi. Interaksi antara satu seksi dengan seksi lainnya
dilakukan melalui hubungan ekonomi, sosial dan politik.
1) Hubungan ekonomi
a) Melalui perdagangan
b) Melalui perindustrian
2) Hubungan sosial
a) Melalui perkawinan
b) Melalui pendidikan
3) Hubungan politik
a) Melalui perkawinan
b) Melalui pendidikan
3) Hubungan politik
Hubungan diplomatik
atau hubungan antar negara juga akan menyebabkan terjadinya proses interseksi
di antara para pejabat atau utusan dari masing-masing negara.
2.Konsolidasi
Merupakan perbuatan yang memperteguh atau memperkuat suatu hubungan. Jadi, konsolidasi adalah suatu proses penguatan atau peneguhan keanggotaan individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial, melalui tumpang tindih keanggotaan. Konsolidasi merupakan suatu proses yang berlangsung pada masyarakat majemuk.
Merupakan perbuatan yang memperteguh atau memperkuat suatu hubungan. Jadi, konsolidasi adalah suatu proses penguatan atau peneguhan keanggotaan individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial, melalui tumpang tindih keanggotaan. Konsolidasi merupakan suatu proses yang berlangsung pada masyarakat majemuk.
Di dalam berbagai
masyarakat, selalu terjadi konsolidasi atau tumpang tindih kriteria penentu
keanggotaan kelompok atau kelas sosial. Tumpang tindih terjadi misalnya antara
suku bangsa dengan agama, suku dengan pekerjaan, duku dengan kelas sosial dan
lain-lain. Sehingga identitas agama dapat sekaligus merupakan identitas suku
bangsa yang bersangkutan atau identitas suku dengan pekerjaan tertentu.
Misalnya suku Melayu identik dengan agama Islam, suku Bali identik dengan agama
Hindu, suku Minang dan Cina identik dengan pekerjaan dagang atau usaha jasa.
3. Mutual Akulturasi
Jika suatu kelompok masyarakat dengan tipe kebudayaan tertentu memiliki sikap terbuka dengan kebudayaan lain, maka akan terjadi mutual akulturasi. Suatu mutual akulturasi didahului oleh interseksi yang berjalan terus-menerus sehingga menimbulkan rasa saling menyukai kebudayaan lainnya dan secara sadar atau tidak, individu-individu masyarakat tersebut akan mengikuti dan menggunakan perwujudan kebudayaan lain tadi. Misalnya, makanan dari beberapa etnis diminati dan disukai oleh kelomok masyarakat lainnya.
4.Primordialisme
Primordialisme
adalah suatu pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak
kecil, baik mengenai tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu
yang ada di dalam lingkungan pertamanya sehingga membentuk sikap tertentu.
Primordial artinya ikatan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial, dengan
hal-hal yang dibawa sejak kelahirannya, seperti suku bangsa, ras, daerah dan
sebagainya.
Primordialisme muncul disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
1) Adanya sesuatu yang dianggap istimewa pada rasnya, suku bangsanya, agamanya atau daerah kelahirannya
2) Sikap ingin mempertahankan keutuhan kelompok atau komunitas dari ancaman luar
3) Adanya nilai-nilai yang dijunjung tinggi karena berkaitan dengan keyakinan, misalnya nilai keagamaan, falsafah hidup dan lain-lain.
5.Stereotip Etnis
Stereotip etnis
berkaitan dengan ras, suku bangsa, kepercayaan, pekerjaan maupun kebangsaan.
Pada hakikatnya seteotip merupakan imaginasi mentalitas yang kaku, yaitu dalam
wujud pemberian penilaian negatif yang ditujukan kepada out-groupnya.
Sebaliknya kepada sesama in-group akan memberikan penilaian yang positif.
Stereotip dengan outgroup yang kaku dapat menyebabkan timbulnya prasangka
(prejudice) yang kuat.
Tumbuhnya
stereotip dalam diri seseorang adalah sebagai akibat pengaruh suatu persepsi
tertentu dan berfungsi untuk meyakinkan diri sendiri. Adanya berbagai perbedaan
ras diantara segmen penduduk yang porsinya tidak sama dalam wilayah geografis
atau sosial, akan dapat menimbulkan kesulitan. Stereotip etnis ini dapat
menyebabkan seseorang bersifat konservatif dan tertutup terhadap hal-hal baru
dan asing.
0 komentar:
Posting Komentar